Kamis, 16 Maret 2017

Mts-Ma Nurul Huda Ngajum Penyuluhan dan sosialisasi tentang bahaya narkoba




Cerdas-Penyuluhan dan sosialisasi  bahaya narkoba ke instansi sekolah  dilaksanakan oleh pihak yang berwajib yakni POLSEK Ngajum di kecamatan Ngajum, merupakan bentuk kepedulian Polisi terhadap dunia pendidikan. Briptu Adi Prayugo selaku petugas penyuluh mengatakan, tugas yang pokok dalam penyuluhan tersebut, selain untuk memberikan materi tentang bahaya narkoba, juga menyinggung tentang kenakalan remaja, kedisiplinan di Sekolah maupun di masyarakat, bahaya sek bebas dan taat berlalulintas.
“Karena di masa sekarang ini, kedisiplinan siswa, sopan santun siswa terhadap lingkungan semakin berkurang, dan kesadaran anak dalam berlalulintas banyak yang belum mengerti. Maka dari itu, kami mengadakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menanggulangi permasalah-permasalah yang di alami masyarakat terutama terhadap anak yang masih sekolah khususnya tentang bahaya narkoba”. Tegas Adi.
Adi menyatakan, kegiatan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Ngajum tersebut dilaksanakan setiap hari Senin, adapun sekolah yang pernah di kunjungi atau sudah terjalin kerjasama dengan pihak kepolisian diantaranya SDN Palaan Ngajum, SDN dan SMP Darma Wanita Petungroto, SMP Maduarjo, SDN Kesamben SMP dan SMAI Soerjo Alam Sembon Ngajum dan MI, MTs, MA Nurul Huda Babadan Ngajum.
“Tahap-tahap yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan ini pertama menyiapkan materi yang akan di sampaikan  pokok-pokoknya permasalah yang sering dialami oleh anak seusia sekolah. Selain itu, mengamati perkembangan dalam sehari-hari apa yang terjadi pada masyarakat dan apa yang terjadi pada siswa pelajar”. Imbuhnya
Adi berharap, setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Ngajum tersebut para siswa dapat memahami dan mengerti materi-materi yang sudah disampaikan dengan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari serta dijadikan pedoman hidup dan supaya nanti menjadi anak yang berguna bagi keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara.(Mam)

SMK AL – Huda Wajak Berwawasan Keagamaan dan kebangsaan



Cerdas-Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al – Huda Wajak  ini berdiri sejak 2010, sekolah ini di dirikan supaya menjadi  sarana pusat pembelajaran pengembangan ilmu pengetahuan yang berwawasan keagamaan dan kebangsaan serta untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi  dan mempunyai daya saing dengan haluan Ahlusunnah waljamaah. sekolah
                Drs. H. Tajoell Arifin, M.M, sebagai  kepala sekolah,beliau  mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menanamkan minat, bakat, mandiri, kritis, kreatif, inovatif dan akhlakul karimah, serta  dapat memperkecil angka putus sekolah bagi usia produktif  dan para peserta didik di sekitarnya, memiliki alternative program keahlian .
                Jurusan yang di miliki oleh sekolah SMK Al – Huda sementara masih satu yaitu Teknik Sepeda Motor (TSM) akan tetapi kepala sekolah juga berencana untuk membuka beberapa jurusan lagi untuk melengkapi fasilitas dengan keahlian yang di minat kepala sekolah juga mentargetkan untuk mempunyai teaching factory supaya siswa tidak PSG keluar, cukup di lokasi pendidikan tersebut.
Di Smk ini juga mempunyai keunggulan yang tak kalah menarik, yaitu mempunyai sirkuit Offroad dan Motor Cros yang luasnya kurang lebih mencapai 2 hektar, dari fasilitas yang sudah dimiliki para peserta didik di SMK Al – Huda juga memberikan pengembangan diri yakni balap Offroad dan Motor Cros.
Selain bisa menguasai di bidang Teknik Sepeda Motor, seluruh siswa di sekolah tersebut di wajibkan untuk mondok di pesantrennya juga. Dengan demikian, para peserta didiknya mempunyai nilai-nilai dasar agama yang kuat serta tetap mengedepankan akidah islamiyah.(Mam)


Jumat, 29 Mei 2015

Konservasi Lahan

BAB I

PENDAHULUAN

Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu.  Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan.  Sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.
Di Indonesia, pertanian konservasi pernah populer di tahun 1990-an, namun gerakannya sangat lambat. Tidak ada yang jelas sampai di mana tingkat perkembangan olah tanah konservasi di Indonesia.Teknik konservasi ini dapat sangat berarti, karena memberikan manfaat praktis yang langsung dapat dinikmati oleh petani dalam hal efisiensi biaya dan energi, mempercepat siklus tanam dan pemanfaatan air, meningkatkan kesuburan tanah dan bahkan membantu pengurangan emisi GRK. Untuk menanggulangi kemandegan ini, maka pemerintah perlu memfasilitasi kembali gerakan olah tanah konservasi melalui program-program praktis dan nyata, serta mendukung secara finansial maupun penelitian dan penyuluhan, serta merangkul berbagai pihak yang tertarik untuk mengakselerasi gerakan olah tanah konservasi.
Pertanian yang berbasis olah tanah konservasi tidak akan berhasil dikembangkan jika setiap pelaku di sektor ini masih terikat di dalam mind-set olah tanah konvensional. Untuk merebut kembali momentum yang telah hilang dibutuhkan motivasi yang besar dan perubahan paradigma dari segenap pihak yang bergerak di sektor pertanian, baik itu pejabat, peneliti, ilmuwan, penyuluh, maupun petani sebagai pelaku langsung pertanian.

BAB II

ISI

A.    Pengertian Konservasi

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang.  Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut :
1.            Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2.            Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
3.            Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4.            Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Tujuan dari adanya konservasi adalah agar terwujud kelestarian sumberdaya alam hayati serta kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilakukan strategi dan juga pelaksananya. Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum, swasta, lembaga swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak lainnya.  Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam tiga hal berikut taktik pelaksanaannya, yaitu :
1.      Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)
a.       Penetapan wilayah PSPK.
b.      Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
c.       Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
d.      Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
e.       Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
2.            Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
a.       Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
b.      Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi).
3.            Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
a.       Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
b.      Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, budidaya).
The conservation model mengacu pada usaha tanam campuran atau crop livestock sebagai hasil revolusi pertanian Inggris. Selain itu juga mnegacu pada konsep kelaparan lahan yang diilhami oleh ahli tanah Jerman (Ricardo, Mill). Yang termasuk dalam konservasi adalah sebagian lahan yang subur untuk tanaman dan sebagian lagi untuk untuk penggembalaan, tersedia cukup pakan ternak, pupuk hijau untuk mempertahankan kesuburan tanah serta adanya input dari sektor pertanian itu sendiri.

B.     Contoh Konsep Konservasi

Paradigma pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi telah memacu pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan sehingga eksploitasi sumberdaya alam semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan manusia. Akibatnya, sumberdaya alam semakin langka dan semakin menurun kualitas dan kuantitasnya. Tanah yang rusak/kritis sangat sulit untuk dimanfaatkan menjadi lahan yang bermanfaat, karena keterbatasan-keterbatasan dari lahan kritis itu sendiri. Tanah yang rusak dengan kekurangannya sulit untuk menjaga lengas tanah, yang berakibat pada sulitnya mendapatkan pada saat musim kemarau. Sementara itu, tanah rusak tidak dapat menyimpan air di waktu musim penghujan, sehingga hujan yang terjadi sebagian besar menjadi aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi permukaan.
Data Areal lahan kering di Indonesia menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam Haryati (2002) tahun 1992 menunjukkan bahwa luas lahan usahatani kritis telah mencapai ±18 juta hektar. Setelah hampir 13 tahun, lahan kritis pada tahun 2005 cukup luas yaitu mencapai 52,5 juta ha yang tersebar di pulau Jawa dan Bali (7,1 juta ha), Sumatera (14,8 juta ha), Kalimantan (7,4 juta ha), Sulawesi (5,1 juta ha), Maluku dan Nusa Tenggara (6,2 juta ha), dan Irian Jaya (11,8 juta ha).
Potensi yang demikian besar harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, pemanfaatan lahan kering tersebut harus berhati-hati karena sebagian besar lahan kering tersebut tersebar di hulu DAS yang bentuk wilayahnya berbukit dengan curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi demikian akan memicu erosi yang berakibat pada degradasi lahan. Lahan kering umumnya menjadikan air sebagai faktor pembatas yang utama dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, ketersediaan air menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaan lahan kering.
Untuk dapat menjamin adanya ketersediaan air baik di musim penghujan dan musim kemarau (iklim tropis) diperlukan beberapa teknogi yang applicable dan hemat biaya karena petani lahan kering umumnya miskin. Beberapa penelitian konservasi air telah dilakukan dan diujicobakan pada berbagai tempat untuk dapat memaksimalkan simpanan air hujan dan mengoptimalkan manfaat sumberdaya air terutama di musim kemarau.

C.     Metode konservasi

  • Metode Vegetatif
Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :
ü  memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,
ü  penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi,
ü  disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi. Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan petani.
  • Metode Sipil Teknis
Metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras, dan saluran air (Saluran Pembuanga air, Terjunan dan Rorak)

D.    Aplikasi konservasi

1.      Pendekatan Vegetatif
  • Sistem Pertanaman Lorong
Sistem pertanaman lorong ialah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong. Teknik budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kering di daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani.
  • Sistem Pertanaman Strip Rumput
Sistem Pertanaman Strip Rumput ialah sistem pertanaman yang hampir sama dengan pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 m atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Penanaman Rumput Makanan Ternak didalam jalur/strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan penanamannya pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya ditengah antara barisan tanaman pokok.
  • Tanaman Penutup Tanah
Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman  pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi.
  • Mulsa
Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lain-lain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Macam Mulsa dapat berupa, mulsa sisa tanaman, lembaran plasti dan mulsa batu. Mulsa sisa tanaman ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
Thamrin dan Hanafi (1992) telah melakukan penelitian pengaruh mulsa terhadap tanah di lahan kering. Mulsa yang digunakan adalah seresah tanaman.  Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian mulsa dapat menghemat lengas tanah dari proses penguapan, sehingga kebutuhan tanaman akan lengas tanah terutama musim kering dapat terjamin. Selain itu, pemberian mulsa dapat menghambat pertumbuhan gulma yang mengganggu tanaman sehingga konsumsi air lebih rendah.
  • Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape)
Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga air dapat dihemat. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat hemat air.
  • Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah.
Teknik konservasi air ini dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah. Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas utama.
  • Penentuan pola tanam yang tepat.
Penentuan pola tanam yang tepat, baik untuk areal yang datar ataupun berlereng. Pola tanam disesuaikan dengan kondisi curah hujan setempat untuk mengurangi deficit air pada musim kemarau. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gomez dan Gomez (1983) dalam Purwono et al, (2003) menunjukkan bahwa pada lahan dengan kemiringan 5% dengan pola tanam campuran ketela pohon dan jagung akan dapat menurunkan run off dari 43% menjadi 33% dari curah hujan dibandingkan dengan jagung monokultur. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan besar kebutuhan air tiap jenis vegetasi. Besarnya kebutuhan air beberapa jenis tanaman dapat menjadi acuan dalam membuat pola tanam yang optimal.
2.      Pendekatan Sipil Teknis
  • Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.
Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan dengan kemiringan > 8%. Namun demikian, budidaya tanaman semusim sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA, dan hillside ditches.
Teras gulud umumnya dibuat pada lahan yang berkemiringan 10 – 15 yang biasanya dilengkapi dengan saluran pembuangan air yang tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir pada waktu hujan sehingga erosi dapat dicegah dan penyerapan air dapat diperbesar. Teras Bangku adalah teras yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan dengan di bidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga. Bermanfaat sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi. Diterapkan pada lahan dengan lereng 10-40%, tanah dengan solum dalam (> 60 cm), tanah yang relatif tidak mudah longsor, dan tanah yang tidak mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti aluminium dan besi. Guludan adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar. Sangat bermanfaat dalam mengurangi laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong.
  • Wind break
Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi).
  • Pemanenan Air hujan
Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan air  hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat digunakan pada musim kemarau..
Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia, antara lain embung dan channel reservoir. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di lahan sawah tadah hujan berdrainase baik. Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah.
  • Dam Parit
Adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.
Keunggulan:
ü   Menampung air dalam volume besar akibat terbendungnya aliran air di saluran/parit.
ü   Tidak menggunakan areal/lahan pertanian yang produktif.
ü   Mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri di seluruh daerah aliran sungai (DAS).
ü   Menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga mengurangi erosi dan hilangnya lapisan  tanah atas yang subur serta sedimentasi.
ü   Memberikan kesempatan agar air meresap ke dalam tanah di seluruh wilayah DAS,  sehingga mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau.
ü   Biaya pembuatan lebih murah, sehingga dapat dijangkau petani.
3.      Konservasi lahan kering
Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.
4.      Konservasi lahan kritis
Berbagai cara  untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan, atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan.

E.     Manfaat  penerapan usaha tani  konservasi

Dua manfaat utama pertanian konservasi dibandingkan dengan teknik pertanian lain, yaitu input tenaga kerja yang rendah dan penggunaan proses ekologis alamiah secara efektif. Pertanian konservasi memanfaatkan proses ekologis alami untuk mempertahankan kelembaban, meningkatkan kesuburan tanah, memperkuat struktur tanah, dan mengurangi erosi serta keberadaan hama penyakit. Hal itu dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan meminimalkan gangguan pada tanah, menyimpan sisa tanaman, dan rotasi tanaman. Pembajakan dan pembakaran mengganggu tanah dan biota kecil yang hidup di dalamnya. Sebaliknya, pertanian konservasi sangat sedikit mengganggu tanah, memberi kesempatan flora dan fauna tanah yang ada untuk tumbuh subur secara alami. Flora dan fauna tanah tersebut akan membusukkan sisa tanaman yang dijadikan penutup tanah oleh petani, sehingga menambah nutrisi pada tanah dan meningkatkan struktur humus tanah. Selain itu, pertanian konservasi mampu memanfaatkan hujan dengan lebih baik sebab tanah yang ditutupi oleh sisa tanaman akan menyerap lebih banyak air hujan dan mengalami lebih sedikit penguapan. Saat curah hujan rendah, lahan akan menangkap kelembaban yang ada di udara. Penutupan tanah juga mengurangi kikisan air, yang jika dipadukan dengan struktur tanah yang telah diolah, akan mampu mengurangi erosi tanah dari air dan angin. Akhirnya, rotasi tanaman mendapat keuntungan dari proses ekologis alamiah melalui kacaunya siklus hama penyakit, dan pemakaian tanaman polong-polongan untuk mengikat nitrogen di dalam tanah. Dalam jangka panjang, pertanian konservasi yang memanfaatkan proses ekologis alami mengurangi pemakaian pupuk dan pestisida oleh petani sehingga mendukung pendekatan penggunaan input luar rendah.

BAB III

PENUTUP

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Tujuan dari adanya konservasi adalah agar terwujud kelestarian sumberdaya alam hayati serta kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. The conservation model mengacu pada usaha tanam campuran atau crop livestock sebagai hasil revolusi pertanian Inggris. Selain itu juga mnegacu pada konsep kelaparan lahan yang diilhami oleh ahli tanah Jerman (Ricardo, Mill).
Metode konservasi ada dua yaitu metode vegetatif dan metode teknik. Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Sedangkan metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras, dan saluran air.
Penerapan model konservasi bisa diterapkan di lahan kering maupun lahan kritis. Kedua lahan ini bisa dikonservasi,  tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani. Hal tersebut perlu dicermati mengingat tidak ada satupun teknik konservasi yang sempurna. Setiap teknik konservasi membutuhkan persyaratan tertentu agar teknik tersebut efektif. Ada dua manfaat utama pertanian konservasi dibandingkan dengan teknik pertanian lain, yaitu input tenaga kerja yang rendah dan penggunaan proses ekologis alamiah secara efektif
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Konservasi Lahan Kering. http://ridiah.wordpress.com/konservasi-lahan-kering. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 15.50 WIB.
BP2TPDAS-IBB. 2002. Pedoman Praktik Konservasi  Tanah dan air.  Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indonesia Bagian Barat. Balitbang Kehutanan. Surakarta
Carolyn W. Fanelli dan Lovemore Dumba.. 2007. Pertanian Konservasi di Pedesaan Zimbabwe. http://salam.leisa.info/index.php?url. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 16.50 WIB.
Widada, 2001. Sumber Daya Alam Hayati dan Upaya Pengeolaan Taman Nasional Gunung Halimun. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/widada.htm. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 15.30 WIB.

Senin, 11 Mei 2015

PTK MTs NURUL HUDA BABADAN NGAJUM

Pada umumya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya, yaitu sumberdaya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari – hari. Sumberdaya alam yang utama bagi manusia adalah tanah , air dan udara. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila keadaan manusia dengan lingkungannya dapat terjalin dengan baik.
Keadaan lingkungan saat ini perlu diperhatikan dengan lebih serius, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan lingkungan. Faktor – faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah mengenai lingkungan hidup, seperti degradasi atau kemerosotan yang terjadi dibeberapa daerah. Secara garis besar, komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Kelompok Biotik ( flora dan fauna ), 2. Kelompok Abiotik ( tanah, air dan udara ), 3. Kelompok Kultur ( sosial , ekonomi , budaya serta kesehatan masyarakat ).
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang hidup disekitar dan sangat mempengaruhi kehidupan baik secara langsung maupun tak langsung. Lingkungan hidup yang baik dan keseimbangan ekosistem yang terjaga juga akan mempengaruhi perkembangan suatu lingkungan.
Pembangunan yang terjadi seiring berkembangnya jaman dan teknologi merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Meskipun pembangunan dapat diartikan sebagai bentuk dari kemajuan suatu daerah, tapi pembangunan dapat berdampak terhadap penyempitan areal pertanian.
Kami memilih tema ini karena kami melihat penanganan lingkungan hidup di Desa Gamping Kidul masih sangat rendah, hal ini ditandai dengan adanya alih fungsi lahan yang semakin meningkat. Kami ingin mengetahui apa penyebab dari permasalahan ini dan bagaimana upaya – uppaya yang dilakukan pemerintah menanggapi masalah ini.
Ketersedian lahan pertanian berkurang akibat dari alih fungsi lahan pertanian

Mengetahui penyebab terjadinya alih fungsi lahan

Hasil Observasi

Observasi yang kami lakukan yaitu di Desa Gamping Kidul Kecamatan Gamping Kidul Kabupaten Sleman. Kami melakukan observasi didaerah ini karena kami melihat adanya kerusakan lingkungan hidup yang ditandai dengan berkurangnya lahan pertanian karena alih fungsi lahan yang dilakukan masyarakat.
Luas lahan pertanian di Desa Gamping Kidul sekitar 40 ha. Pada tahun 2007 hingga tahun 2011 tercatat lahan pertanian yang mulai mengalami penyempitan akibat alih fungsi lahan. Sekitar 60 % lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, penyebab terjadinya alih fungsi lahan ini adalah peningkatan jumlah penduduk. 5 % lahan pertanian dialih fungsikan untuk pasar dan sarana pendidikan, saat ini sekitar 35 % lahan pertanian yang masih diupayakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Sumber, Bapak Kepala Desa Gamping kidul ( Bapak Bambang )

Beberapa hasil observasi yang kami lakukan di desa Gamping Kidul

Areal Pemukiman Pertokoan Pembangunan Perumahan

Pembangunan Pasar Pasar gamping Lahan yang masih diusahakan

Pembahasan
Alih fungsi lahan adalah perubahan penggunaan lahan. Pembangunan yang dilakukan dengan maksud memenuhi kebutuhan masyarakat, (Pemukiman, Pasar dan Pertokoan dan sarana pendidikan ) ternyata tidak membawa dampak positif saja, dampak negative yang ditimbulkan dari perluasan lahan pemukiman dan pembangunan sarana umum adalah berkurangnya lahan pertanian, khususnya areal persawahan. Pembangunan bisa menggambarkan kemajuan suatu daerah, selama tidak mengganggu ekosistem disekitarnya. Di Desa Gamping Kidul, telah ada Alih Fungsi lahan sejak tahun 2007.
I. Macam – macam alih fungsi lahan.

A. Alih fungsi lahan untuk Pemukiman
Sesuai dengan hasil observasi kami, sebanyak 60 % lahan pertanian di desa Gamping kidul, di alih fungsikan untuk pemukiman penduduk. Tanah yang dialih fungsikan berasal dari tanah milik sendiri ataupun membeli milik orang lain.

B. Alih fungsi lahan untuk Pasar
Di Desa Gamping Kidul, saat ini tengah ada pembangunan pasar dan diberi nama pasar gamping. Dibangun diatas tanah kurang lebih 1 ha, tanah itu dibeli oleh pemerintah daerah, diharapkan pasar tersebut membantu masyarakat dalam menambah penghasilan.

C. Alih fungsi lahan untuk Pertokoan
Sekitar 1 ha lahan pertanian ( sawah ) digunakan untuk pertokoan, kebanyakan sawah yang dipinggir jalan yang dialih fungsikan, karena tempatnya strategis.

D. Alih fungsi lahan untuk Sarana Pendidikan
Sekitar 3,5 % lahan pertanian di alih fungsikan untuk sarana pendidikan. Contohnya adalah Stikes Ahmad Yani.

II. Penyebab alih fungsi lahan :

A. Pertambahan jumlah penduduk
Akibat dari jumlah penduduk yang semakin meningkat, menyebabkan bertambahnya kebutuhan papan atau rumah. Harga tanah yang semakin mahal, membuat masyarakat enggan membeli, mereka memanfaatkan lahan sawah untuk membangun perumahan. Sekitar 60 % lahan pertanian ( 2007 – 2011 ) digunakan untuk perumahan.
Masyarakat dari luar pulau jawa yang kemudian berdomisili di Gamping Kidul, kemudian membeli tanah warga yang kebetulan membutuhkan uang, hal ini juga salah satu penyebab alih fungsi lahan.

B. Kebijakan pemerintah
Alih fungsi lahan yang dilakukan pemerintah dengn tujuan membantu perekonomian masyarakat dengan mendirikan sebuh pasar sebagai tempat tukar menukar barang dengan cara membeli lahan dari warga.

C. Pendirian tempat pemenuh kebutuhan masyarakat
Banyak usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya dengan membangun pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat. Pertokoan yang dibangun diatas tanah bekas lahan pertanian kini memang telah banyak dilakukan.

D. Peningkatan sumber daya manusia
Peningkatan sumberdaya manusia dengan cara memberikan pendidikan diatas SMA yaitu sekolah tinggi atau universitas. Sesuai dengan namanya, Yogyakarta sebagai kota pelajar, maka banyak sekolah – sekolah maupun universitas yang berkualitas yang didikan di Yogya, salah satunya Stikes Ahmad Yani. Letaknya strategis, dekat dengan jalan, didirikan diatas tanah yang dulunya merupakan lahan pertanian ( sawah ).

III. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian

Dampak negative yang ditimbulkan antara lain :
A. Ekosistem terganggu
Dengan adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman maupun yang lain, menyebabkan berkurangnya habitat bagi komponen penyusun ekosistem sawah, seperti, tikus, katak, ular, belalang, semut dll. Pemukiman yang berada di tengah areal sawah atau pun berdekatan dengan sawah menyebabkan salah satu komponen penyusun ekosistem menjadi hilang ataupun berkurang.
Sebagai contoh ular, habitatnya disawah, tapi karena sawahanya dekat dengan pemukiman, ular tersebut merasa kehidupannya menjadi terancam, sehingga ia mencari tempat lain yang lebih aman untuk dia hidup. Tak jarang ular sawah masuk ke pemukiman warga. Komponen penyusun sawah hanya sedikit, jadi jika salah satu komponen mengalami perubahan , maka komponen yang lain pun akan meresponnya. Dengan berkurangnya ular, bisa jadi populasi tikus meningkat. Keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Semakin sedikit komponen penyusun ekosistem, maka lingkungannya semakin tidak stabil.

B. Limbah yang mencemari lingkungan
Alih fungsi lahan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk. Keterkaitan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan berkurangnya lahan pertanian memang tidak bisa dielakan. Semakin banyaknya jumlah penduduk, maka kebutuhan papan atau rumah akan semakin banyak.
Pembangunan pemukiman yang berada dekat dengan sawah, juga menimbulkan pencemaran lingkungan yang dampaknya kurang baik pada pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh limbah rumah tangga, seperti plastic. Sampah anorganik yang sulit di uraikan akan menyebabkan kualitas tanah tersebut menjadi turun. Contoh lainnya adalah pembuangan sisa detejen ke areal persawahan, hal ini berdampak buruk pada organisme yang ada dipermukaan atau perairan sawah. Terganggunya habitat dapat menyebabkan organisme tersebut mati. Hilangnya organisme dipermukaan air sawah seperti decomposer dalam satu ekosistem berdampak pada kesuburan tanah maupun rantai makanan. Sampah – sampah yang ada akan lama terurai menyebabkan kesuburan tanah menurun dan berdampak pada menurunnya produktivitas padi. Hilangnya salah satu komponen dalam penyusun rantai makanan, akan berdampak pada jaring – jaring makanan maupun ekosistem, karena tak ada decomposer maka jasad tumbuhan maupun hewan yang mati tidak akan menjadi pupuk untuk tanaman.

C. Berkurangnya Penghasilan petani
Lahan yang dibeli dan dijadikan perumahan atau sarana pemenuh kebutuhan yang lain otomatis membuat sempit lahan petani. Sehingga pendapatan atau hasil panen menurun. Saat pendapatan petani menurun, berakibat terhadap sulitnya memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan semakin mahal, hal ini berdampak buruk juga terhadap ekosistem manusia. Kebutuhan hidup yang sangat vital adalah pangan, jika pangan tak tercukupi maka manusia disuatu tempat akan memanfaatkan apa saja yang dapat dimakan. Suasana saling berebut pangan akan terjadi jika tak ada penanganan atau alternative lain. Jika hal ini berlanjut, maka ekosistem manusia dapat terancam kepunahan.

D. Ketersedian bahan pangan menurun
Dengan berkurannya lahan pertanian, hasil panen akan menurun dan menyebabkan produksi pangan disuatu daerah atau wilayah berkurang. Jika dibiarkan terus menerus maka impor bahan pangan akan semakin tinggi. Berkurangnya ketersedian pangan juga berhubungan atau berkaitan dengan ekosistem manusia.
Ekosistem sawah yang dulunya harmonis berubah menjadi ekosistem social yang dihuni oleh manusia, dengan begitu semakin banyaknya pencemaran – pencemaran yang terjadi akibat berkembangnya teknologi dan pembangunan di areal pemukiman ( ekosistem social ). Ketersediaan bahan pangan yang menurun merupakan dampak dari berkurangnya lahan pertanian, ketersedian makanan yang kian menipis, dapat menyebabkan ekosistem yang dihuni manusia terancam. Lebih jauh lagi, berkurangnya suatu bahan pangan yang lama kelamaan juga akan habis dapat menyebabkan perang antar Negara, karena merebutkan bahan pangan yang sangat dibutuhkan.

Dampak positif yang ditimbulkan antara lain :
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk, maka suatu daerah akan menjadi lebih ramai dan cenderung lebih cepat berkembang.
Pembangunan yang dilakukan disuatu daerah menggambarkan tentang kemajuan daerah tersebut, semakin banyak tempat pemenuh kebutuhan ( toko ) dan pasar, maka memudahkan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan hidup dan dapat menambah lapangan kerja.
Pendidikan pun tak kalah penting dengan sarana infrastruktur lainnya, sehingga semakin banyak sekolah dan universitas, maka sumberdaya manusianya pun semakin berkualitas. Sehingga perkembangan teknologi dan penanganan lingkungan hidup dapat berjalan beriringan.

IV. Upaya Penanganan Tentang Pencemaran Lingkungan Hidup

Upaya yang dilakukan pemerintah yang berkerjasama dengan dinas terkait dalam menangani perusakan lingkungan hidup dinilai kurang optimal, karena alih fungsi lahan semakin tahun semakin bertambah. Dari tahun 2007 hingga tahun 2011 tercatat hingga 60 % lahan pertanian yang dialih fungsikan.
Jika dilihat dari penyebab – penyebabnya, upaya penanggulangan pencemaran Lingkungan Hidup di Desa Gamping Kidul masih sangat lemah. Pemerintah ingin menyediakan tempat yang baik untuk warga dalam memenuhi kebutuhan hidup, dengan cara pembangunan pasar, tapi hal itu berdampak buruk pada ketersedian lahan pertanian. Saat ini sebaiknya pemerintah bersama dinas maupun instansi terkait melakukan Rencana Tata Ruang dan Wilayah ( RTRW), memilih tempat yang kurang baik untuk ditanami ( tandus ) dan menjadikan tempat itu sebagai areal pemukiman, sementara areal yang subur, dimanfaatkan sebagai tempat bercocok tanam.
Kembali kepada manusia itu sendiri, bagaimana ia menjaga keseimbangan ekosistemnya, bisa dengan cara :
Membuang sampah pada tempatnya, jangan buang sampah sembarangan, jadi meskipun berada ditengah sawah, tidak membuat kualitas tanah menjadi turun.
Membuat aliran air bekas deterjen, agar tak mencemari lahan pertanian
Meminimalisir alih fungsi lahan, kesadaran dari diri sendiri untuk membangun rumah tidak di lahan pertanian
Memikirkan pertanian jangka panjang, dengan tidak membuat sempit lahan
Keberadaan manusia dibumi sebagai khalifah dituntut untuk menjaga dan melestarikan bumi sesuai dengan tuntunan Al- Quran, tapi karena kreasi manusia dan perkembangan iptek akhirnya membawa manusia pada keserakahan mengeploitasi lingkungan. Sejak awal Allah telah memberi peringatan tentang kerusakan yang disebabkan oleh manusia, hanya saja manusia belum bisa mengendalikan hawa nafsu yang begitu besar, sehingga kerusakan – kerusakan terjadi di mana – mana.
Saat ini, manusia cenderung memanfaatkan segala yang Allah berikan, manusia lupa akan kewajibannya untuk menjaga dan memelihara kelestarian bumi. Tak heran akibat ulah manusia itu sendiri banyak bencana – bancana alam yang terjadi. Allah memberi berbagai peringatan kepada manusia agar manusia berfikir.
Menurut hasil observasi yang kami lakukan, masyarakat Gamping Kidul cenderung kurang menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hai ini dapat dilihat dari mengalih fungsikan lahan menjadi areal pemukiman yang dampaknya bisa menurunkan hasil panen, pencemaran lingkungan, mengganggu keseimbangan ekosistem, dll.
Sebagai contoh perumahan diareal sawah. Kebutuhan rumah yang semakin meningkat ( efek dari bertambahnya jumlah penduduk ) sementara lahan pemukiman yang tersedia semakin sulit didapatkan, menyebabkan harga tanah mejadi sangat mahal. Mereka yang tak punya biaya untuk membeli tanah di tempat lain, memanfaatkan tanah yang mereka miliki ( sawah ) sebagai tempat untuk membangun rumah. Ada juga yang sebagian sawahnya diberikan pada anaknya yang telah menikah, dan dimanfaatkan sebagai tempat untuk membangun rumah baru.
Setelah mendirikan perumahan areal sawah, mereka pun membuang sampah dan limbah rumah tangga disekitar rumah layaknya sebuah pemukiman, tanpa berfikir panjang mengenai dampak yang ditimbulkan akibat dari ulah mereka. Keadaan ini juga tak dapat sepenuhnya menyalahkan manusia, karena kebutuhan yang semakin meningkat, menjadikan manusia melakukan apa saja demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seperti mementingkan diri sendiri dan tidak memikirkan keadaan di sekitarnya.

Kesimpulan
Masyarakat yang ada di desa Gamping Kidul, sebenarnya memiliki kreatifitas yang tinggi. Seiring perkembangnya jaman, mereka mempunyai keinginan – keinginan untuk memajukan desanya, dengan cara membangun berbagai sarana pemenuh kebutuhan hidup yang diperoleh dari alih fungsi lahan. Tapi mereka tidak berfikir tentang dampak hal itu terhadap lingkungan, seperti keseimbangan ekosistem yang terganggu akibat dari alih fungsi lahan. Seharusnya warga desa Gamping Kidul menjaga kelestarian lingkungan, bukan merusak, karena Allah menciptakan manusia sabagai khalifah yang di bumi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Saat ini manusia cenderung mamanfaatkan bukan menjaga.